FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Setelah diluncurkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada bulan Agustus lalu, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, didukung FORCLIME, menyelenggarakan pelatihan Green Youth Movement pada tanggal 25 – 26 Agustus 2023 di Palu, Sulawesi Tengah. Green Youth Movement atau Gerakan Pemuda Hijau merupakan program pendidikan dasar gerakan lingkungan hidup dan wadah bagi generasi muda untuk bertukar pengetahuan dalam menjaga dan mengelola lingkungan.
Pelatihan Green Youth Movement di Sulawesi Tengah diikuti oleh 20 siswa dan siswi dari sembilan sekolah menengah atas dan kejuruan (SMA/SMK) yang ada di Kota Palu, yang kemudian akan dipilih siswa/siswi dengan prestasi terbaik. Melalui pelatihan ini, peserta mendapat pengetahuan mengenai Taman Nasional Lore Lindu dan penetapan Cagar Biosfer Lore Lindu, dimana Taman Nasional Lore Lindu merupakan zona inti dari Cagar Biosfer Lore Lindu.
“Penyadartahuan mengenai Cagar Biosfer Lore Lindu perlu dilakukan kepada setiap kelompok masyarakat, termasuk melalui kegiatan ini, sehingga Cagar Biosfer Lore Lindu dapat diketahui oleh semua kalangan”, kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu, Dr. Titik Wurdiningsih, dalam pembukaan acara tersebut.
Green Youth Movement ini dilaksanakan melalui 100 unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan 15 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perhutani, yang ditetapkan sebagai ‘simpul belajar’. Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu simpul belajar dalam pelaksanaan kegiatan Green Youth Movement 2023 di Provinsi Sulawesi Tengah.
Pada bulan Oktober nanti, kegiatan Green Youth Movement ini akan menghasilkan 10 siswa dan 10 siswi dari seluruh Indonesia yang akan dinobatkan sebagai Green Ambassador dan akan bertemu langsung dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Arif Hidayat, Advisor Junior bidang Kehutanan dan Keanekaragaman Hayati
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Dalam rangka merealisasikan rencana program yang kegiatan bersama untuk tahun 2023, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat dan FORCLIME melaksanakan kegiatan penilaian diri (self-assessment) atas kawasan konservasi yang berada dalam lingkup BBKSDA Wilayah I Sorong pada tanggal 22 sampai 24 Agustus 2023 di Kota Sorong, Papua Barat Daya. Ada lima kawasan konservasi yang melakukan self-assessment, yaitu: Cagar Alam (CA) Pulau Misool, CA Pulau Salawati, CA Pantai Sausapor, CA Pegunungan Tamrau Utara dan Taman Wisata Alam (TWA) Beriat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dalam rangka mengevaluasi pengelolaan yang telah dilaksanakan. Metoda yang digunakan untuk self-assessment ini adalah Management Effectiveness Tracking Tool (METT). Acara dibuka oleh bapak Fajar F.D. Darwis S.Hut., Pengendali Ekosistem Hutan BBKSDA Papua Barat, dan dihadiri 35 peserta termasuk perwakilan dari BBKSDA Papua Barat, tokoh masyarakat, tokoh adat, pemerintah kampung dari lima kawasan yang dinilai, serta mitra pembangunan (FORCLIME dan FFI).
Dalam acara tersebut, Bapak Mohamad Rizki Riadhi, S.Hut., Pengendali Ekosistem Hutan BBKSDA Papua Barat menyampaikan profil lima kawasan konservasi yang dinilai. Sedangkan kegiatan self-assessment pengelolaan kawasan konservasi difasilitasi oleh Dr Ismet Khaeruddin, advisor senior FORCLIME bidang konservasi keanekaragaman hayati.
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menggunakan metoda METT, yang merupakan metoda pendekatan yang diterima secara internasional, untuk memantau dan menilai keseluruhan pengelolaan kawasan konservasi. Evaluasi ini dilakukan setiap dua tahun sekali. Penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu target kinerja pengelolaan kawasan konservasi pada Rencana Strategis (Renstra) Ditjen KSDAE Tahun 2020 – 2024 pada Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Ditjen KSDAE telah menetapkan nilai efektivitas pengelolaan kawasan konservasi untuk memonitor capaian efektivitas pengelolaan suatu kawasan konservasi.
Hasil self-assessment tersebut disusun sebagai laporan dari masing-masing kawasan konservasi untuk disahkan oleh Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang kemudian dapat dijadikan panduan perencanaan BBKSDA Papua Barat untuk dua tahun ke depan. Selain itu, hasil tersebut juga menjadi acuan untuk program kolaborasi bersama mitra BBKSDA Papua Barat.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nita Yohana, Advisor bidang pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Provinsi Papua Barat
Mohammad Sidiq, Manajer bidang strategis pengelolaan hutan lestari dan Koordinator Tanah Papua
Dalam upaya peningkatan penghidupan masyarakat Kampung Yanggandur, salah satu kampung dampingan Taman Nasional Wasur dan FORCLIME di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, dilakukan survei awal pada Kelompok Tani Moruti (yang berarti tanah leluhur) pada tanggal 21 Agustus 2023. Kegiatan ini dilakukan oleh fasilitator yang mendampingi pelaksanaan kegiatan di Kampung Yanggandur, Theodorus Tethool S.Sos. Survei awal untuk kelompok tani lain yang ada di Kampung Yanggandur telah dilakukan pada awal bulan Agustus. Tujuan survei awal ini adalah untuk mengidentifikasi Kelompok Tani Moruti dari segi administrasi dan potensi produk yang dihasilkan.
Kelompok Tani Moruti didirikan oleh Ibu Kasparina Ndiken, yang juga sebagai ketua kelompok, memiliki anggota 15 orang (termasuk ketua). Kelompok ini menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu, seperti minyak VCO, aneka rasa keripik pisang, dan akan memulai produksi minyak buah merah. Dari hasil survei, diketahui bahwa kelompok ini belum memiliki dokumen administrasi (buku kas, buku tamu, buku kegiatan kelompok), selain itu, produk-produk yang dihasilkan belum memiliki izin BPOM. Dalam kegiatan pendampingan, akan dilakukan peningkatan kapasitas kelompok dalam hal kualitas produksi, termasuk kemasan, pemasaran produk, dan perizinan yang diperlukan. Selain itu, juga akan diadakan pelatihan untuk manajemen administrasi dan keuangan, serta pelatihan untuk penguatan kelembagaan.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Theodorus Tethool, Fasilitator Kampung Yanggandur
Ruben Yogi, Advisor bidang GIS dan Pemetaan
Rut Ohoiwutun, Advisor, Hutan masyarakat dan hutan adat
Didukung oleh: | |