FORCLIME
Forests and Climate Change ProgrammeTechnical Cooperation (TC Module)
Select your language
Untuk mengetahui perkembangan program Bakti Rimbawan, Pusat Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Pusrenbang SDM – KLHK) bekerja sama dengan FORCLIME melakukan monitoring di 10 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) selama Agustus sampai dengan bulan September 2016. Salah satu KPH yang dikunjungi adalah KPH Kapuas Hulu di Kalimantan Barat, yang menampung 12 orang melalui program Bakti Rimbawan.
Program Bakti Rimbawan, yang telah diterapkan KLHK sejak tahun 2014, menempatkan tenaga sarjana dan alumni Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan di kantor KPH. Program ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme rimbawan muda, sekaligus mendukung pengembangan program KPH di lapangan.
Kepala KPH Kapuas Hulu mengatakan bahwa tenaga Bakti Rimbawan yang jumlahnya mencapai 40% dari karyawan KPH Kapuas Hulu, mempunyai kompetensi yang cukup baik sehingga mereka menjadi “engine” untuk implementasi program di KPH Kapuas Hulu. “Saya berharap program ini tetap berlanjut agar implementasi program KPH Kapuas Hulu bisa berjalan dengan lancar”, tambahnya.
Untuk informasi yang lebih lanjut, silakan hubungi:
Edy Marbyanto, Manager bidang Strategis, Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Sejak 2010 FORCLIME telah terlibat dalam Heart of Borneo (HoB) Initiative, inisiatif tiga negara di pulau Kalimantan: Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Inisiatif ini mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan dan peningkatan penghidupan masyarakat yang tinggal di kawasan HoB, khususnya masyarakat miskin dan perempuan.
Berbagi pengalaman dalam praktik kegiatan terkait dengan konservasi dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan masyarakat merupakan strategi utama untuk melakukan perubahan yang lebih baik dalam pengelolaan sumber daya alam di suatu wilayah. Dalam konteks ini, fasilitator FORCLIME dan Direktorat Kawasan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesa yang sudah mendapatkan pelatihan mengenai Management Effectiveness Tracking Tools (METT) menyelenggarakan pelatihan kepada 23 mitra rimbawan di Sabah, Malaysia pada tanggal 21-25 September 2016. Peserta pelatihan merupakan perwakilan dari Departemen Kehutanan Sabah, Departemen Satwa Liar Sabah, Yayasan Sabah, Sabah Environmental Trust, dan WWF Malaysia. Kegiatan ini didanai oleh WWF Malaysia.
METT dapat membantu pihak pengelola kawasan lindung untuk menilai seberapa efektif kawasan lindung dikelola, dan apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi yang ada. Sebagai alat manajemen, METT terdiri dari enam unsur, yaitu: konteks, perencanaan, masukan, proses, hasil. Analisis ancaman juga merupakan bagian dari alat ini, yang dilakukan sebagai langkah kedua setelah penilaian informasi umum kawasan lindung.
Penyampaian materi pelatihan dilakukan secara kombinasi mulai dari kuliah, diskusi kelompok, dan kunjungan lapangan ke Taman Nasional Kinabalu serta lokasi proyek ECOLINC di zona penyangga Taman Nasional Kinabalu. Metoda ini dilakukan untuk membantu peserta dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penerapan METT.
Peserta mengatakan bahwa melalui metode penyampaian materi yang dilakukan telah berhasil dan memenuhi harapan mereka. Beberapa peserta akan menerapkan METT untuk membantu meningkatkan pengelolaan wilayah konservasi yang menjadi otoritasnya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Ismet Khaeruddin, Manajer bidang strategis, Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Kawasan Lindung
Pertukaran tenaga ahli pengelolaan kebakaran lahan dan hutan, termasuk kesiapan menangani api, pencegahan dan penanganannya antara Indonesia dan Afrika Selatan telah dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 28 Agustus 2016. Peserta pertukaran tenaga ahli Selatan-Selatan ini terdiri dari delegasi dari Pemerintah Indonesia, perwakilan dari FORCLIME, UNOPS/GAMBUT, Work on Fire (WOF) dan Kishugu.
Tujuan dari pertukaran ini adalah untuk memberi para pihak Indonesia, di tingkat nasional dan provinsi, dengan informasi langsung termasuk pengalaman dalam menerapkan sistem pengelolaan api (Integrated Fire Management - IFM) yang diterapkan di Afrika Selatan. Dalam kunjungan ini juga dipelajari kemungkinan sinergi skema kemitraan pemerintah-swasta (Public Private Partnerships), penyusunan peraturan, pembiayaan IFM dan pengembangan Fire Protection Associations (FPA) pada tingkat Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Kegiatan ini difasilitasi oleh FORCLIME dan UNOPS/GAMBUT. Selain mendapatkan pemaparan, peserta juga mengunjungi lokasi WOF, Fire Protection Associations (FPAs), masyarakat Firewise, instalasi Firehawk dan pusat pelatihan Kishugu di Pietermaritzburg, Nelspruit dan daerah Kruger Park.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Tobias Goedde, Manager bidang Strategis, Pengelolaan Hutan Lestari
Didukung oleh: | |