Desa Toro, salah satu desa di kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu, memiliki Sekolah Adat yang berfungsi sebagai tempat mengajarkan bahasa daerah, pembuatan kerajinan tradisional, hukum adat, tradisi budaya, dan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjaga keseimbangan ekologi kepada generasi muda. Untuk memperkuat peran dari Sekolah Adat, Organisasi Perempuan Adat Ngata Toro (OPANT) menyusun modul ajar yang dapat menjadi pedoman pengembangan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan, pengelolaan kegiatan belajar, serta peraturan untuk para pengajar. Modul ajar ini akan bermanfaat bagi para pengajar di Sekolah Adat yang saat ini berjumlah sekitar 10 orang, karena masing-masing pengajar memiliki keahlian yang berbeda, mulai dari Katuwua (tatanan hubungan manusia dengan alam), Hintuwu (tatanan hubungan manusia dengan manusia), Pomebila (tata krama di keluarga dan masyarakat), kesenian dan kebudayaan, kelembagaan adat, dan keterampilan.
Modul ajar Sekolah Adat telah disusun pada tanggal 9-16 Desember 2021 lalu. Rangkaian kegiatan penyusunan modul ajar ini ditutup dengan kegiatan penanaman pohon di sepanjang aliran sungai terdekat dari areal sawah di Desa Toro. Kegiatan penanaman pohon dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2022, dan merupakan inisiasi aktivitas awal bagi para siswa dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, melestarikan atau melindungi jenis tumbuhan lokal, dan menjaga sawah agar tidak tergenang dari luapan air sungai.
Kegiatan penanaman pohon diawali dengan upacara adat bersih kampung yang disebut dengan Potapahi Tana atau Popee Hiaka, yang dipimpin oleh ketua adat Desa Toro, Bapak Andreas Lagimpu. Upacara diawali dengan pembacaan doa oleh para pemuka agama setempat dan dilanjutkan dengan makan siang bersama menggunakan alat makan tradisional dulang. Pada penghujung upacara, dilakukan penyampaian harapan agar diberikan kesehatan dan panen yang berlimpah serta ucapan syukur oleh pemuka adat, yang ditandai dengan pemotongan ayam di aliran sungai.
Rangkaian kegiatan penanaman ditutup oleh Ketua OPANT, Ibu Rukmini, yang menyampaikan harapannya kepada FORCLIME untuk terus mendukung kegiatan di Sekolah Adat, seperti penyusunan lembar kerja atau aktivitas siswa, pelatihan manajemen bencana alam bagi para siswa, pelatihan pengelolaan sampah plastik bagi para siswa dan masyarakat, dan peningkatan kapasitas para guru dalam mengajar.
Sebagai tindak lanjut dari penyusunan modul ajar ini, Sekolah Adat akan melakukan uji coba bahan ajar selama enam bulan. Apabila sudah diuji, akan dilakukan penyempurnaan sehingga dapat menjadi contoh bagi desa lain.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Ismet Khaeruddin, Advisor Senior, Focal Point Keanekaragaman Hayati KFW Forest Program 3 dan Koordinator Provinsi Sulawesi Tengah
Fikty Aprilinayati, Advisor Bidang Pengelolaan Hutan Lestari dan Pengelolaan Cagar Biosfer