Pak Syahroni dan Khasilan: “Masyarakat kuatir hanya dijadikan ujung tombak, perlu jelas untung-ruginya jika harus dilibatkan” |
Friday, 21 November 2008 13:38 | |
Pernyataan sikap dari masyarakat Desa Ke-payang Indah cukup tegas disampaikan oleh Bapak Syahroni dan Bapak Khasilan pada kegiatan sosialisasi rencana Pilot Proyek REDD Merang periode 2008-2011. Tugas se-hari-hari mereka di desa adalah pengurus Badan Perwakilan De-sa (BPD). Hal ini bisa kita duga, masyarakat merasakan bahwa REDD adalah hal baru, dibandingkan dengan kata-kata konservasi dan perlindungan hutan rawa gambut yang sering mereka dengar. Namun demikian sikap ramah dari sebagian besar masyarakat yang hadir pada acara sosialisasi yang diselenggarakan di kediaman Sekretaris Desa, merupakan modal awal bagi pengelola proyek untuk bekerja bersama mereka. Menurut Pak Khasilan, menjual karbon tidak semudah menjual kayu bulat. Jika menjual kayu bulat, cukup dengan menebang, ukur diameter dan panjangnya, hitung kubikasinya, jual sesuai harga per kubiknya dan terima uangnya. Sedangkan jika karbon yang harus dijual masyarakat masih belum mengerti. Jangan sampai masyarakat hanya menjadi ujung tombak (red: alat) untuk mencari untung, ketika sudah mendapatkan keuntungan justru dilupakan. Serupa dengan pendapat Pak Khasilan, Pak Syahroni berharap ada sebuah kejelasan mengenai keuntungan dan kerugian bagi masyarakat dengan ikut terlibat dalam program REDD untuk penanganan aksi perubahan iklim dunia. Disisi lain, Pak Sugeng, Kaur Pembangunan Desa Kepayang Indah, menyebutkan bahwa program REDD Merang ini bisa dikaitkan dengan rencana desa dan pemerintah provinsi untuk mengembangkan program Hutan Tanaman Rakyat (HTR), karena visi dan misinya sama, yakni melakukan penanaman di Kawasan Gambut Merang-Kepayang, disamping itu lokasi pilot proyek REDD masih berdekatan dengan rencana HTR tersebut. Menurut pe-ngakuan Pak Sugeng, pihaknya telah menye-rahkan peta rencana lokasi pelaksanaan program HTR Desa Kepayang kepada pihak Dinas Kehutanan Pro-vinsi Sumatera Selatan Ibu Laila Suhat, seorang guru Sekolah Dasar di Desa Kepayang Indah, mengatakan bahwa se-kolah kami telah mendapat Buku Ilalang dari proyek SSFFMP Palembang. Buku ter-sebut sebagai panduan program Muatan Lokal. Namun, diperlukan pe-ngembangan untuk me-nambah informasi pen-didikan mengenai penge-lolaan dan pelestarian gambut melalui bimbingan kepada siswa di sekolah-sekolah. Anak-anak sekolah Desa Kepayang perlu memperoleh dampak positif dari kegiatan dan selama proyek REDD tersebut berlangsung. Pada dasarnya, pernyataan sikap yang disampaikan oleh masyarakat Desa Kepayang sama dengan yang disampaikan oleh desa tetangganya, Desa Muara Merang. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan proyek REDD Merang-Kepayang memerlukan pemikiran mendasar terhadap kebutuhan pokok masyarakat, terutama dalam memperoleh alternatif pen-dapatan dan pengetahuan. Desa Kepayang dan Muara Merang merupakan desa yang paling terkait dengan lokasi pilot REDD ± 24.000 Ha. Logis jika desa tersebut dijadikan sebagai desa binaan inti dalam pilot proyek REDD 2008 – 2011. Desa-desa tersebut memiliki tipologi desa hutan, meskipun motif produksinya masuk kategori Komersial dan tidak lagi Subsisten. Desa-desa tersebut terletak diantara perusahaan-perusahaan sawit. Fakta, mereka tergolong mapan karena rata-rata dari penduduk desa memiliki fasilitas televisi dan jaringan komunikasi telepon. Peningkatan kesejahteraan mereka saat ini ditopang dari keberadaan perusahaan-perusahaan sawit tersebut, meskipun mereka hanya sebagai buruh perusahaan. Masyarakatnya merupakan masyarakat melayu. Umumnya penduduk adalah percampuran antara Palembang, OKI dan Jambi ( This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it ).
|